Breaking News
Loading...
12/11/2015

Info Post
Menurut KBBI bakat merupakan kepandaian, sifat, dan pembawaan yag dibawa sejak lahir. Artinya tidak seorang manusiapun yang dilahirkan tanpa bakat. Bahkan ketika terlahir ke dunia ini, setidaknya manusia yang terlahir lebih berbakat dalam mengibaskan ekor mereka ketimbang jutaan temannya yang lain.

Melihat melalui kaca mata baik sangka, ketika seseorang mengatakan dirinya tidak berbakat, maka Ia sedang berendah hati. Juga apabila seseorang mengatakan dirinya berbakat, sesungguhnya Ia sedang bersyukur atas nikmat-Nya. Karena apapun bentuknya, dalam menekuni sesuatu hingga menjadi mahir atau professional, kita membutuhkan bakat. Lalu, bagaimana dengan menulis? Ya, jika kita ingin mahir atau professional maka kita membutuhkan bakat.

Namun, bakat bukanlah segalanya. Bakat tetap memerlukan kerja keras untuk berkembang. Tidak ada seorang yang berbakat yang tidak bekerja keras. Juga tidak ada orang yang bekerja keras kemudian tak menjadikannya berbakat.

Bakat bisa diukur dari ketertarikan seseorang. Seseorang yang tertarik dengan bacaan ini tentu Ia adalah seorang yang memiliki ketertarikan khusus ada dunia tulis menulis, dan tentunya memiliki bakat yang luar biasa dalam tulis menulis. Langkah selanjutnya hanyalah bekerja keras untuk mengasah bakat agar pantas dikatakan sebagai seorang penulis yang mahir.

Lalu bagaimana dengan seseorang yang kita anggap memiliki bakat yang luar biasa lalu Ia mengatakan jika ‘ia sebenarnya tidak berbakat’. Saya rasa itu adalah bentuk kerendah hatian orang tersebut. Selain itu, ia tahu betul jika ia harus mengangkat semangat dan moral kita sebagai penulis pemula. Untuk menjadi seorang penulis hebat memang membutuhkan kerendah hatian, karena dengan rendah hati seorang penulis akan menemukan banyak cara untuk meluapkan kreatifitasnya dalam tulisan, ia tidak akan seperti penulis yang besar kepala yang hanya tahu tentang dirinya. Adapun ia memberikan suntikan moral karena iapun pernah merasakan hal yang sama dengan kita. Dan mereka ingin kita bekerja keras agar bakat kita terasah seperti bakat mereka.

Miris rasanya ketika mendengar seseorang yang tidak merasa berbakat atau merasa tidak memerlukan bakat dalam hidupnya. Padahal setiap bakat itu bisa didatangkan maupun hilang. Dengan kata lain setiap orang bisa membakati dirinya. Adapun orang yang sudah dinilai memiliki bakat tentu bakatnya itu bisa hilang jika ia menyia-nyiakannya. Pada akhirnya bakat itu sangat erat hubungannya dengan rasa syukur kita terhadap Tuhan. Orang yang mensyukuri nakmat bakat ini akan melatih dirinya hingga bakatnya terasah sementara orang yang tidak bersyukur maka ia akah kehilangan ketajaman bakatnya.


Agus Shahafi Nashshar, Pegiat Forum Lingkar Pena (FLP), Ketua FLP Cabang Kuningan 2015-2017

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan penuh santun.